Perihal Tidur siang, Dianggap Menyebalkan Saat Kecil namun Sangat Dirindukan saat Dewasa – Ketika kecil dulu mungkin mayoritas dari kita memiliki kebiasaan yang rutin dilakukan setiap hari yaitu tidur siang. Dulunya, kita mungkin merasa bahwa waktu tidur siang merupakan momok menyebalkan yang menyebabkan kita harus menunda sejenak permainan menyenangkan yang sedang kita lakukan.
Pada saat seperti itu biasanya ibu mulai menyuruh kita untuk segera membereskan mainan yang berserakan dan segera mengarahkan kita ke tempat tidur. Bahkan, nada yang dikeluarkan ibu kepada kita terkesan sedikit “memaksa” agar kita segera memejamkan mata. Dengan berat hati, kita pun harus menuruti perintah tersebut.
Mungkin dulu kita bingung mengapa anak-anak harus tidur di siang hari, sedangkan orang dewasa hampir tidak pernah melakukan kebiasaan tersebut. Ditambah lagi, di usia tersebut kita sedang aktif bergerak kesana kemari dan sebenarnya tidak pernah merasakan adanya kantuk akibat bermain. Ya mungkin hal tersebut juga menjadi salah satu alasan mengapa banyak anak-anak yang ingin segera tumbuh dewasa. Mereka menganggap apa yang dilakukan oleh orang dewasa adalah hal yang keren.
Seiring bertambahnya usia, kebiasaan-kebiasaan masa kecil mulai ditinggalkan satu persatu. Mulai dari hilangnya mainan karena diberikan kepada anak-anak tetangga yang usianya lebih kecil hingga hilangnya kebiasaan tidur siang yang sebelumnya rutin dilakukan. Kegiatan-kegiatan sekolah mulai menjadi kebiasaan baru di mana hal tersebut salah satu proses menuju tahap menjadi “dewasa” selanjutnya.
Baca juga: Mengatasi 3 Kegalauan di Masa Dewasa yang Bikin Overthinking
Kegiatan sekolah yang tadinya mungkin hanya berbentuk ekstrakulikuler malah berevolusi dan bercampur dengan tugas-tugas dari guru yang turut hadir mewarnai hari-hari kita. Waktu istirahat yang sebelumnya masih lumayan banyak semakin menipis dari waktu ke waktu.
Memasuki jenjang yang lebih tinggi, kita kembali diperkenalkan dengan kegiatan baru mulai dari nongkrong bersama teman hingga organisasi tingkat sekolah. Bukan lagi waktu istirahat yang menipis, kini waktu yang sebelumnya digunakan untuk bermain gim atau sekadar berbaring semakin dimakan oleh kegiatan-kegiatan tersebut.
Puncaknya di jenjang perkuliahan hingga bekerja, waktu yang kita miliki makin menipis dan digunakan untuk hal-hal lain seperti proyek perkuliahan, mengurus organisasi atau komunitas, hingga kerja lembur. Belum lagi hal tersebut masih dikombinasikan dengan pola hidup yang berantakan seperti tidur larut malam hingga hilangnya kebiasaan olahraga yang semakin memperparah kondisi kita.
Tidur siang yang dulu kita benci, kini menjadi kegiatan yang kita nanti. Sekarang, tidur siang malah dijadikan sebagai kegiatan primadona yang direncanakan saat liburan tiba. Mungkin kegiatan-kegiatan menyenangkan lain seperti menonton film, bermain game, atau jalan-jalan juga menjadi pilihan utama, namun sepertinya membayangkan mata bisa terpejam dalam waktu yang begitu lama lebih menggoda untuk saat ini.
Bagaimana lagi? Jangankan bisa tidur siang, sekarang waktu istirahat di malam hari pun sudah tergerogoti oleh pekerjaan yang seakan tak pernah benar-benar selesai. Kalau pun sudah selesai, pekerjaan baru sudah mengantri untuk mencuri waktu tidur nyenyak kita.
Pada akhirnya, setelah melalui waktu yang panjang untuk mendapatkan predikat “dewasa” yang kita idamkan semasa kecil seakan tak ada artinya. Sekarang, apabila kita mendapatkan kesempatan untuk bisa tidur di siang hari tentu menjadi privilese yang tak terkira harganya. Saya pribadi tidak begitu tertarik dengan konsep self reward sebagai bentuk apresisasi diri setelah melewati begitu banyak hal. Cukup merem di waktu siang tanpa ada beban di dalam kepala sudah lebih dari cukup.
Jadi, untuk kalian yang saat ini masih mendapatkan privilese berupa bisa tidur siang silakan dimanfaatkan sebaik-baiknya, daripada nanti menyesal karena tidak bisa menikmati nikmatnya tidur siang~
Editor: Firmansah Surya Khoir
Visul Designer: Al Afghani