Model Rekrutmen yang Sebaiknya Dihindari oleh Fresh Graduate

Model Rekrutmen yang Sebaiknya Dihindari

Model Rekrutmen yang Sebaiknya Dihindari oleh Fresh Graduate – Bicara soal kerja setelah lulus, tentu itu merupakan hal yang menjadi idaman segenap anak bangsa. Beberapa di antaranya berharap dapat bekerja di perusahaan besar yang telah dieluh-eluhkan semasa sekolah atau kuliah. Bahkan dalam tingkatan ekstrim, saya sendiri juga pernah berharap dapat seperti mereka yang bisa dapat kerja bahkan sebelum dinyatakan lulus. Lah, gimana caranya? Sederhana saja, sekolah atau kampus di beberapa jurusan biasanya mewajibkan anak didiknya untuk mengikuti program magang di beberapa instansi atau perusahaan. 

Skenario terbaiknya adalah orang-orang di tempat kalian magang menyukai kalian, baik secara kinerja atau individu setelah itu mereka akan menawarkan agar kalian melanjutkan kerja di sana begitu lulus dari sekolah atau kampus kalian saat ini. Asumsi yang ideal dan begitu mblegedu. Tentu realita bisa lebih kejam daripada harapan. 

Hal di atas tentu dapat menjadi pengecualian bila kalian memiliki dukungan finansial yang nyucuk dari kedua orang tua atau sanak kerabat, semisal guna memulai usaha sendiri setelah lulus. Atau, bila kalian cukup beruntung memiliki priviledge seperti relasi di beberapa instansi atau perusahaan ternama yang siap menampung kalian setelah lulus dari kehidupan sekolah. 

Tentu ini akan terdengar menyenangkan buat kalian yang baru lulus bila memiliki kekuatan orang dalam. Namun apabila kalian termasuk orang yang biasa-biasa saja seperti saya, yang meski tak ada salahnya juga bila harus jadi biasa. Maka semoga tulisan ini dapat membantu kawan-kawan semuanya, wabil khusus teruntuk freshgraduate. Agar kelak, di satu waktu kalian tidak keblondrok dalam urusan mencari pekerjaan. Berikut beberapa model rekrutmen yang baiknya kawan-kawan hindari tatkala sedang mencari pekerjaan:

1. Bicara Muluk-Muluk Soal Kesuksesan Pegawainya

Apabila di awal kalian mendapati petinggi perusahaan bercerita muluk-muluk soal betapa sukses pegawai di tempatnya, kemudian kegiatan tersebut dibungkus dengan label seminar atau pembekalan pra kerja atau segala tetek bengek bungkusan lainnya. Maka sudah sepatutnya kalian berhati-hati. 

Baca juga: Privilege Bukan Syarat Mutlak Meraih Sukses

Jangan jauh-jauh, karena saya sendiri pernah mengalami hal ini. Tepatnya, pada pekerjaan pertama saya setelah lulus. Pada waktu itu, saya diundang dalam kegiatan bertajuk pengenalan kerja yang dilakukan di auditorium perusahaan. Setelah satu-dua sambutan yang menurut saya bak komandan yang hendak mengirim pasukannya ke medan perang, semangat ora karuan, maka tibalah pada sesi testimoni pegawai. 

Semuanya dimulai dari testimoni tersebut. Seolah jadi momentum guna memoles semangat audience yang telah berapi-api setelah pidato pembuka tadi. Pegawai pertama menceritakan soal pendapatan yang diperoleh di 3 bulan pertama. Dia bilang, gajinya sudah menyentuh 3 digit waktu itu. Bukan main! Kemudian, testimoni dari pegawai kedua menyatakan bahwa ia mampu membeli mobil cash selama hanya kurang dari 6 bulan setelah ia bekerja di perusahaan tersebut. Fantastis! Terus terang kami dibuat terheran-heran dengan sesekali mbatin “Kog iso, penak tenan, je!”.

Tentu saja tidak hanya cukup dengan satu dan dua testimoni. Otak dan harapan kami terus dibumbung ndakik tatkala memikirkan betapa suksesnya orang-orang yang bekerja disini. Dan berharap kami dapat menyusul kesuksesan mereka segera. Bahkan setelah sesi testimoni ini selesai, kami juga diharapkan oleh petinggi perusahaan agar dapat achieve target guna memenangkan beberapa reward yang telah disiapkan. Seperti liburan ke Labuan Bajo atau plesiran ke luar negeri. Ora umum! 

Setelah sesi omong kosong tersebut selesai, tentu saja beberapa orang dibuat ngiler buat gabung dan sial saya termasuk di antaranya. Hari demi hari berlangsung setelahnya. Pendek cerita, implementasi kerjanya tentu saja tidak semudah bacotan orang-orang di awal. Malah justru cenderung nyekik bagi freshgraduate seperti kami. Ah, betapa keparat mereka yang menjual mimpi dengan balutan omong kosong seperti ini.

2. Kudu Bayar Biaya Pembekalan

Sering kita melihat perusahaan yang mencantumkan “Kami tidak memungut biaya apapun selama proses perekrutan” adalah benar adanya dan patut menjadi perhatian buat pencari kerja. Seringkali saya lihat di beberapa grup pencari kerja di telegram yang curhat soal diwajibkannya mereka membayar setelah dinyatakan diterima. Biaya tersebut menggunakan dalih buat pembekalan selama training di awal kerja. Buat biaya pakaian, sepatu, dokumen, dan lain-lain. Lah asu je. Kita ini kerja, bukan malah digaji malah tambah di suruh bayar. Meski terdengar sepele, namun kawan saya nyaris ada yang coba buat ikut-ikutan rekrutmen model begini. 

Namun, bila uang tersebut adalah soal jaminan agar si karyawan baru tidak dengan mudahnya keluar selama masa-masa tertentu, maka saya kira hal tersebut masih terbilang wajar. Sebab, ada beberapa perusahaan otobus semisal yang mewajibkan pegawai baru mereka membayar biaya jaminan. Biaya tersebut nantinya dapat diklaim kembali ketika seseorang tersebut hendak keluar atau mengajukan resign, asal tidak di waktu-waktu awal sesuai dengan kesepakatan yang berlaku. Yah, pada akhirnya kembali pada pribadi masing-masing. 

3. Proses Rekrutmen yang Secepat Kilat

Untuk poin ini, hanya ada dua kemungkinan. Pertama, anda memang seseorang yang cerdas selama masa sekolah atau kuliah di mana anda dapat dengan mudah meyakinkan perusahaan agar menerima anda secepat mungkin atau disisi lain kualifikasi anda memang menenuhi syarat dan perusahaan segera membutuhkan anda di posisi yang memang sedang kosong. Kemungkinan kedua adalah anda masuk dalam jebakan betmen

Nyatanya, forum-forum pencari kerja seperti di Whatsapp atau Telegram juga sangat membantu anda tatkala mengalami kebingungan semacam ini. Saya pernah mencoba melamar perusahaan yang saya temui di akun job posting Instragram. Pagi saya melamar, lantas siangnya mendapat balasan untuk kemudian disuruh langsung interview HR pada keesokan hari. Lah cepet tenan.  

Langkah sederhananya ketika anda dibingungkan dengan undangan rekrutmen semacam ini adalah dengan mencoba mencari nama perusahaan tersebut di mesin pencari online. Semisal tidak anda temukan, maka sudah sepatutnya anda mulai mencurigainya. Minimal curiga saja dulu, meski ini tentu saja tidak dapat dijadikan standar mutlak apakah perusahaan tersebut apus-apus atau ternyata baik buat anda. 

Jebakan betmen yang saya maksudnya adalah biasanya disini tergolong perusahaan berbasis marketing dengan embel-embel keuntungan yang menggunung bagi anda yang mampu mendapatkan customer atau nasabah baru. 

Tentu ini tak mudah, bahkan cenderung membuang waktu anda. Dibutuhkan relasi yang mumpuni untuk urusan seperti ini terutama bagi anda yang freshgraduate akan sangat berat.  Kalau main game, ini ibarat anda yang masih level 1 harus melawan bos level 30. Ambruk sanggane. Dan lagi, saya tidak merekomendasikan jenis pekerjaan seperti ini untuk anda freshgraduate. Ora kacek masseh

4. Menalangi Dana Transportasi

Dalam masa-masa sebelum pandemi, sering kali kita temui proses rekrutmen perusahaan besar yang berbais secara offline. enggak seperti sekarang yang segalanya dimudahkan melalui online. Hal tersebut mewajibkan kandidatnya untuk datang ke kantor pusat perusahaan tersebut. Namun biasanya, perusahaan tak mau tau dan bodo amat soal gimana cara kandidatnya untuk sampai ke lokasi tes. Yang perusahaan inginkan adalah kandidat yang dipanggil dapat datang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. 

Nah keparatnya, ada saja oknum-oknum brengsek yang memanfaatkan hal ini. Pertama, mereka membuat pamflet rekrutmen apus-apus dengan membawa nama perusahaan besar. Selanjutnya, mereka akan melakukan penyaringan calon korban berdasarkan data diri dan domisili tinggal calon kandidat yang sebelumnya telah diisi melalui email atau formulir. 

Lantas setelahnya, akan muncul pengumuman nama-nama siapa saja yang lolos untuk kemudian melakukan tahap interview ke kantor pusat. Brengseknya adalah lokasi yang digunakan memang beneran kantor pusat perusahaan yang anda lamar, akan tetapi anda diharuskan memilih moda transportasi yang telah disediakan oleh panitia rekrutmen. Yang lebih anehnya lagi tidak diperbolehkan menggunakan transportasi umum, harus menggunakan charteran mobil atau jenis minibus seperti elf. Tentunya anda diwajibkan untuk membayar transportasi tersebut, dengan embel-embel nantinya akan diganti ketika sampai di lokasi tes.

Begitu sudah melakukan pembayaran, mereka akan benar menjemput anda di rumah dan mengantar anda sampai ke tujuan yakni di perusahaan yang bersangkutan. Anda akan diturunkan di depan atau sekitaran lokasi, lantas akan diminta untuk berjalan menuju resepsionis sembari mereka memarkir kendaraannya. Namun sialnya, mereka akan meninggalkan anda begitu saja. Dalih memarkir kendaraan adalah tipuan bagi mereka untuk kabur. Lantas, ketika anda bertanya kepada resepsionis seputar rekrutmen yang telah anda jalani tentu saja nihil hasilnya. Tidak ada rekrutmen apapun dan anda telah tertipu. Bayangan dan persiapan anda selama perjalan menuju lokasi akan sirna begitu saja. Resepsionis akan memberi tahu bahwa anda bukanlah satu-satunya korban, cara seperti ini sudah terlampau klasik dan tentu saja banyak mereka yang keblondrok. Pada akhirnya, anda hanya akan pulang dengan hasil hampa. Rekaan kejadian seperti ini saya dapati dari salah satu channel Youtube dan memang kakak kandung saya juga nyaris pernah tertipu rekrutmen abal-abal model begini. 

Pada akhirnya, kita memanglah harus berhati-hati dalam menentukan langkah dan pandai diri tatkala memilah lowongan pekerjaan yang akan kita daftar. Namun saya kerapkali sebal bukan kepalang ketika ada mereka yang nylatu dan nyacat para korban rekrutmen apus-apus. Enak saja mereka main maido seenak jidat. Mereka pasti tidak paham betapa akal sehat tidak berlaku untuk lelaki atau siapapun yang harga dirinya terancam sebab tak punya pekerjaan. Ah bajingan memang! Semoga saran di atas mampu membantu kawan-kawan sekalian guna mendapat pekerjaan yang layak berdasar persepsi anda masing-masing. Pilihan boleh jadi beda, akan tetapi keblondrok model rekrutmen seperti di atas adalah kebatilan yang perlu dihapuskan. Semoga beruntung dan selamat datang di antah berantah yang mereka sebut sebagai dunia kerja.

Editor: Firmansah Surya Khoir
Illustrator: Umi Kulzum Pratiwi Nora Putri

Bagikan di:

Artikel dari Penulis