Vaksinasi Guna Masuk ke Mall, Jangan Harap Bebas dari Pandemi – Sebagian negara yang ada di belahan dunia ini, terutama di Indonesia, mulai mengalami krisis perkembangan, baik di sektor perekonomian, politik, bahkan kesehatan. Semua ini disebabkan akan maraknya pandemi Covid-19 yang menyebar luas.
Sesampai hari ini, dikabarkan bahwa pandemi ini akan teratasi dengan vaksinasi. Nyatanya, vaksinasi yang seharusnya dinilai sebagai tolok ukur atas pentingnya kesadaran dalam menekan angka penularan Covid-19, justru malah disalahgunakan untuk memenuhi hasrat pribadi dengan tujuan mencari kesenangan.
Keadaan Vaksinasi di Cilegon
Suatu ketika, wali kota Cilegon, Helldy Agustian, mengaku bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam rangka kegiatan vaksinasi cenderung meningkat drastis di Cilegon. Kenapa tidak dari awal saja meningkatnya, kok malah dekat-dekat ini? Penyebab dari peningkatan ini karena maraknya isu wajib membawa aplikasi PeduliLindungi saat masuk mall. Tentunya, masyarakat cenderung berbondong-bondong vaksin.
Sebagaimana ujarnya Helldy sendiri di tengah-tengah kegiatan vaksinasi, beliau berkata, “Kan sekarang masuk mall itu harus pakai aplikasi PeduliLindungi. Supaya bisa gunakan aplikasi, harus sudah divaksin dua kali. Nah, karena itulah masyarakat berbondong-bondong ingin divaksin”.
Partisipasi Usulan dari APPBI
Sebelum terjadinya kasus yang serupa, memang terdapat sebuah usulan dari sejumlah pihak supaya pengunjung mall menunjukkan kartu vaksinasi Covid-19 sebelum memasuki mall. Di samping itu, terdapat usulan lain agar pekerja mall mesti divaksinasi juga agar operasional mall berjalan dengan lancar.
Baca juga: Jika Guru Berpihak kepada Murid, Maka kepada Siapakah Sekolah Berpihak?
Usulan ini justru malah disambut hangat oleh ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja. Dengan alasan bahwa usulan tersebut harapannya dapat mendorong percepatan vaksinasi untuk mencapai kekebalan tubuh.
Vaksinasi itu Bukan menjadi Persyaratan ke Mall
Gambaran semacam ini tanpa disadari terlintas begitu saja menjadi stigma untuk orang-orang yang hidup di zaman serba ada ini, bahwa pelaksanaan vaksin yang sebagaimana mestinya diharapkan supaya lebih menekankan diri supaya terawat, justru malah ditekankan supaya hasrat kita terpenuhi.
Kemungkinan besar, bahwa isu terjadinya masyarakat berbondong-bondong vaksin di kala PPKM selesai. Nyatanya, sebelum PPKM diadakan, antusias warga akan vaksinasi justru lebih rendah karena sebelumnya belum pernah dikekang, seperti halnya PPKM. Adapun setelah PPKM terjadi, di mana seluruh kegiatan dibatasi, yang ada malah berdampak ingin bebas dengan cara menghalalkan segala cara.
Faktanya, anggapan warga akan keinginannya untuk bebas dengan alternatif vaksin, pandemi malah belum terealisasi sama sekali. Kabupaten Bandung, salah satu korbannya. Bandung yang sebelumnya merupakan zona aman, mau tidak mau kembali lagi berstatus zona merah lantaran angka kasus penularan Covid-19 kembali meningkat. Tentu, apalagi kalau bukan disebabkan kerumunan warga akibat berbondong-bondongnya vaksin untuk pergi ke mall.
Maka dari itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa vaksinasi yang hanya sekedar memenuhi syarat ke mall, tentu salah kaprah. Pandemi ini akan bebas, bilamana seluruh kesadaran masyarakat antusias terhadap kesehatan. Tentu, eksistensi maraknya vaksinasi ini tentu menjadi sarana terpenting dalam merehabilitasi kesehatan tubuh.
Semoga Bermanfaat!
Editor: Widya Kartikasari
Illustrator: Natasha Evelyne Samuel