Biografi Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim, Pelopor Tradisi Ulama di Tanah Jawa – Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim, yang juga dikenal sebagai Syekh Maulana Maghribi (w. 1419 M/822 H), adalah nama salah satu Walisongo yang merupakan ulama paling awal yang berhasil menyebarkan Islam ke tanah Jawa.
Sunan Gresik adalah keturunan atau anak seorang ulama Persia. Ulama tersebut adalah Maulana Jumadil Kubro yang tinggal di wilayah Samarkand. Kebanyakan orang dan ulama percaya bahwa Maulana Jumadil Kubro adalah keturunan kesepuluh dari Sayyidina Husein, cucu Nabi Muhammad SAW. Maulana Malik Ibrahim adalah saudara dari Maulana Ishak, di mana Maulana Ishak juga seorang ulama terkenal di daerah Samudera Pasai. Ia juga merupakan ayah dari Sunan Giri atau Raden Paku.
Namun, hingga saat ini belum diketahui siapa ibu dari Syekh Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik.
Tidak ada bukti sejarah yang meyakinkan tentang keturunan Maulana Malik Ibrahim, meskipun secara umum diterima bahwa dia bukan orang Jawa asli. Nama Syekh Maghribi yang diberikan kepadanya oleh masyarakat kemungkinan merujuk pada asal-usulnya di Maghreb atau Maroko di Afrika Utara.
Biodata Sunan Gresik
Nama asli | Maulana Malik Ibrahim |
Nama panggilan lain | Kakek bantal, Makhdum Ibrahim As-Samarqandani, Syekh Maghribi, dan Syekh Ibrahim Asmarakandi |
Nama ayah | Maulana Ahmad Jumadil Kubro |
Nama saudara | Maulana Ishak |
Nama anak | Sunan Ampel (Raden Rahmat) dan Sayid Ali Murtadha |
Wafat | Senin, 12 Rabi’ul Awal 882 H / 7 April 1419 M |
Tempat dakwah | Gresik, Jawa Timur |
Makam | Gresik, Jawa Timur |
Kelahiran | Sunan Gresik |
Biografi Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Perjalanan Hidup
Menurut para ahli sejarah, Sunan Gresik atau yang lebih dikenal dengan Maulana Malik Ibrahim dianggap sebagai wali pertama yang menyebarkan agama Islam ke Pulau Jawa. Ia dimakamkan di desa Gapurosukolilo di Gresik, Jawa Timur.
Dalam biografi Sunan Gresik yang disajikan dalam versi Babad Tanah Jawi karya J.J. Meinsma, Sunan Gresik dipanggil sebagai Makhdum Ibrahim as-Samarqandy, yang mengikuti pelafalan bahasa Jawa dari Syekh Ibrahim Asmarakandi. Ia memperkirakan Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik lahir di Samarkand di Asia Tengah pada awal abad ke-14.
Berdasarkan buku The History of Java, yang menyebutkan tentang kelahiran dan perkembangan kota Gresik, Raffles menjelaskan bahwa menurut penulis lokal, Maulana Malik Ibrahim adalah ulama terkenal yang berasal dari Arab. Dia adalah keturunan Jenal Abidin dan sepupu Raja Chermen (Tanah Sabrang), yang menetap bersama umat Islam lainnya di desa Leran di Jang’gala.
Namun, pendapat paling kuat diyakini pada pembacaan J.P. Moket pada baris kelima di prasasti yang terdapat di makam Sunan Gresik di desa Gapuro Wetan, Kabupaten Gresik. Prasasti tersebut menunjukkan bahwa dia berasal dari Kashan, sebuah tempat di Iran saat ini.
Ada beberapa versi silsilah Maulana Malik Ibrahim. Ia umumnya dianggap sebagai keturunan Nabi SAW—melalui garis keturunan Husein bin Ali, Ali Zainal Abidin, Muhammad al-Baqir, Ja’far ash-Shadiq, Ali al-Uraidh, Muhammad al-Naqib, Isa ar-Rumi, Ahmad al-Muhajir, Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah), dan Maulana Malik Ibrahim.
Kiprah Dakwah
Dalam berdakwah, Maulana Malik Ibrahim atau Syekh Maghribi terlebih dahulu melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan sikap ramah dan santun yang tercermin dalam pergaulan sehari-hari. Ia tidak secara keras menentang konsep agama dan kehidupan masyarakat yang ada, tetapi hanya menunjukkan keindahan dan kebaikan yang dibawa Islam. Karena keramahan dan sifat lembutnya, orang tertarik untuk menerima Islam.
Setelah Maulana Malik Ibrahim berhasil merebut hati masyarakat sekitar, kegiatan selanjutnya adalah berdagang. Bisnis memungkinkannya untuk berinteraksi dengan publik, bahkan sampai bangsawan. Di masyarakat pada waktu itu, hampir seluruh elemen masyarakat terlibat dalam aktivitas komersial sebagai pedagang, pemilik kapal, atau pemodal. Ia berdagang di kawasan pelabuhan terbuka yang sekarang bernama Desa Roomo di Manyari.
Setelah memantapkan dirinya dalam masyarakat, Maulana Malik Ibrahim mengunjungi Trowulan, ibu kota Majapahit. Raja Majapahit menerimanya dengan baik meskipun tidak masuk Islam. Raja Majapahit memberinya sebidang tanah di pinggiran Gresik. Daerah ini sekarang dikenal sebagai Desa Gapura.
Selain itu, Maulana Malik Ibrahim membuka pondok pesantren untuk mempersiapkan para kader melanjutkan perjuangan mempertahankan ajaran Islam, yang akan mendidik para pemimpin agama Islam masa depan. Setelah menyelesaikan pembangunan dan penataan rumah pengajian di Leran, Syekh Maulana Malik Ibrahim wafat pada Senin 12 Rabi’ul Awal 882 H/7 April 1419. Makamnya kini berada di Desa Gapura, Gresik, Jawa Timur.
Demikianlah biografi dari Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim.
Editor: Widya Kartikasari
Visual Designer: Al Afghani