Santo Valentine, Pelopor Hari Kasih Sayang [Valentine Day]

Pelopor Hari Kasih Sayang

Santo Valentine, Pelopor Hari Kasih Sayang [Valentine Day] – Pelopor hari kasih sayang, Santo Valentine atau Valentinus adalah seorang pendeta dari Roma yang dihukum pancung pada 14 Februari 278 Masehi. Hari kematiannya dirayakan sebagai hari kasih sayang hingga saat ini.

Kehidupan pribadi sosok seorang Santo Valentine hingga hari ini masih dianggap misteri. Diperkirakan lahir pada sekitar tahun 226 Masehi, Santo Valentinus dulunya adalah seorang imam atau uskup dan dokter yang tinggal di Roma. Selain itu, santo yang hari rayanya diperingati pada hari yang disebut Hari Valentine ini kemungkinan juga adalah salah satu dari tiga orang martir pada abad ke-3 semasa pemerintahan Kaisar Claudius II, yaitu martir yang juga seorang uskup Interamna (Terni). Terni, Italia adalah tempat kelahiran Valentinus.

Perlawanan terhadap Kekejaman Kaisar Claudius II

Masa pemerintahan Kaisar Claudius II, atau dikenal juga sebagai Claudius si Kejam, adalah masa-masa kelam peradaban Romawi, meskipun hanya berlangsung selama dua tahun dari 268 sampai 270 Masehi. Pada masa itu, Claudius II membuat Roma terlibat dalam berbagai pertempuran berdarah. Bagaimanapun caranya, misi sang kaisar adalah memiliki tentara yang kuat agar dapat menaklukkan musuh dan wilayah-wilayah lain. Tidak cukup dengan menyeret paksa kaum laki-laki yang dianggap cukup umur, Claudius II berpendapat bahwa sulitnya proses rekrutmen bala tentara adalah karena para laki-laki terikat pada istri atau kekasih mereka yang menunggu di rumah. Sebagai solusi, sang tiran menerapkan larangan bagi semua bentuk pernikahan atau hubungan romantis di Roma.

Sebagai pendeta pada masa itu, Valentinus menentang kebijakan ini dan melawan dengan diam-diam membantu para pasangan muda menikah. Menurutnya, larangan sang raja saat itu sangat tidak adil dan tidak berperikemanusiaan. Ketika perbuatannya ditemukan oleh Claudius II, ia dipenjara. Dalam penjara, sang pastor tidak kehilangan sabar dan kepercayaan, ia mencoba untuk mendekati sesama narapidana dan memperkenalkan mereka pada Tuhan Yesus. Sebelum eksekusi, sang kaisar sempat mengunjungi Valentinus di penjaranya dan menawarkan kebebasan, asal Valentinus mau meninggalkan agamanya dan beralih menyembah dewa-dewi Romawi. Valentinus menolak mentah-mentah tawaran ini, bersumpah untuk tetap setia pada Kristus dan bahkan mengajak Claudius II untuk alih-alih berpindah agama. Tentu saja, Claudius II marah besar mendengar jawaban itu dan segera memvonis sang pastor hukuman mati dengan dipancung pada 14 Februari 270-an Masehi. Berdasarkan Kronik Nuremberg di tahun 1493, ia dipukuli dengan tongkat lalu dipenggal.

Penetapan 14 Februari sebagai Hari Valentine

Saat penjaranya digeledah, ditemukan sebuah surat yang ditandanganinya “dari Valentine-mu” untuk seorang anak perempuan yang ia sembuhkan dari kebutaan. Anak perempuan itu merupakan putri dari sipir bernama Asterious yang mengawasi Valentinus di penjara, namun berujung berteman dengan Valentinus dan mengagumi kecerdasannya. Jasad Valentinus kemudian dikubur di Via Flaminia dan memiliki sebuah gedung perkumpulan jemaat yang dibangun oleh Pope Julius I sebagai bentuk penghormatan. Atas jasanya, Valentinus dianggap sebagai martir pelindung cinta hingga sekarang. Pada 496 Masehi Paus Gelasius menetapkan hari kematian Santo Valentine sebagai hari Valentine dan lekat akan kasih sayang. Surat terakhirnya untuk putri Asterious, Julia. menjadi awal dari budaya saling mengirim kartu saat Hari Valentine. Kini, Valentinus dipuja di gereja-gereja katolik sebagai seorang santo dan martir. Sosoknya dirayakan oleh Persekutuan Anglikan dan gereja-gereja Luther pada 14 Februari. Di gereja ortodoks timur, harinya jatuh pada 6 Juli. Selain cinta dan pernikahan, para jemaat juga memanjatkan doa pada Santo Valentine yang melindungi lebah, penderita epilepsi, perjalanan, dan mencegah wabah.

Bagikan di:

Artikel dari Penulis