Climate Anxiety dan Cara Menanganinya – Climate change is real. Sebagian daerah Jakarta yang tenggelam, cuaca ekstrim, banjir di berbagai wilayah Indonesia, menurunnya kualitas dan kuantitas air. Semua bencana ini merupakan beberapa dari sekian banyak bukti dari dampak perubahan iklim. Bahkan, IPCC, badan ilmu iklim terbesar di dunia, menyatakan bahwa yang kita alami saat ini belum ada apa-apanya.
Perubahan iklim juga berdampak pada kesehatan tubuh, seperti gangguan pernafasan akibat menurunnya kualitas udara, meningkatnya kematian dan penyakit akibat perubahan cuaca ekstrim, atau menyebarnya penyakit menular, seperti malaria, kolera, demam berdarah, pneumonia, dan hepatitis A.
Selain gangguan kesehatan fisik, perubahan iklim juga dapat mempengaruhi kesehatan mental. Sebuah survei dari 10.000 anak muda dengan jenjang umur 16-25 tahun menunjukkan bahwa sebagian besar responden khawatir akan bahaya perubahan iklim yang berdampak pada kehidupan sehari-hari mereka. Orang-orang yang berada di negara terdampak langsung perubahan iklim cenderung memiliki kecemasan yang tinggi. Hal ini menunjukkan bagaimana krisis iklim dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan manusia. Baik melihat efek perubahan iklim secara langsung atau tidak, hal ini bisa terjadi pada siapa pun.
Perasaan cemas dan ketakutan yang berhubungan dengan krisis iklim ini disebut sebagai climate anxiety atau eco anxiety. Kecemasan dapat berupa ketakutan akan hal-hal, seperti naiknya suhu Bumi, kebakaran hutan, deforestasi, banjir bandang, sampah dimana-mana, dan segala permasalahan iklim dan lingkungan lainnya. Sebagian orang bahkan memutuskan untuk tidak memiliki anak atau childfree dengan alasan adanya ketakutan akan keadaan Bumi yang semakin tidak bisa ditempati di masa depan.
Kecemasan ini berawal dari kenyataan bahwa manusia tidak banyak bertindak agar terhindar dari bahaya krisis iklim, perasaan tidak berdaya (helplessness) dalam mencegah atau mengatasi bahaya dari krisis iklim, dan ditambah lagi orang-orang yang memiliki kekuasaan untuk mengatasi krisis ini justru terkesan kurang serius dalam menangani krisis iklim. Survei juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden merasa terkhianati oleh pemerintah—pihak yang memiliki kuasa yang sangat besar untuk mengatasi krisis iklim.
Bagaimana Menangani Climate Anxiety?
Climate anxiety bukanlah suatu keanehan. Munculnya perasaan ini merupakan hal yang normal sebagai respon akan krisis iklim, dan kita juga tidak bisa menyingkirkannya begitu saja, mengingat perubahan iklim benar-benar membutuhkan perhatian kita. Malah, orang yang memiliki kecemasan akan krisis iklim sebenarnya menunjukkan bahwa orang tersebut mempunyai rasa empati atau kepedulian, rasa kemanusiaan, dan kesadaran akan isu-isu krisis iklim. Inilah mengapa beberapa juga menyebutnya climate emphaty.
Sama halnya dengan gangguan mental lainnya, langkah awal penanganan gangguan kecemasan dimulai dengan menyadari perasaan dan emosi yang tengah dialami dengan mengidentifikasi dan mengenali pemicu kecemasan itu sendiri yang dalam kasus untuk climate anxiety adalah krisis iklim. Perasaan ini bisa saja kompleks dan intens, tetapi dengan menerima dan mengenalinya kita bisa menemukan cara untuk mengatasi kecemasan ini.
Jadikan topik pembicaraan. Jika perasaan stres dan kecemasan akan krisis iklim benar-benar mempengaruhi kehidupan kita, jangan ragu untuk membicarakan hal ini kepada orang lain, seperti anggota keluarga, teman, atau bahkan psikolog. Selain untuk mengurangi kecemasan, membicarakan tentang krisis iklim juga dapat menjadi sarana untuk menyebarkan kesadaran akan perubahan iklim.
Saat membicarakan perubahan iklim, beberapa orang kadang menganggap climate anxiety sebagai sesuatu yang tidak perlu. Mengingat banyaknya permasalahan dalam hidup, terkadang krisis iklim tidak dipandang sebagai suatu prioritas. Atau bahkan dapat mengakibatkan orang lain juga mengalami kecemasan serupa. Oleh sebab itu, dalam membicarakan tentang perasaan dan kecemasan akan krisis iklim, disarankan untuk membicarakannya dengan orang-orang yang memiliki keresahan, kepedulian, dan pemikiran yang sama akan perubahan iklim. Terlibat dalam komunitas atau berada di sekitar orang-orang yang peduli iklim (baik tatap muka maupun daring) dapat membangun solidaritas dan mendiskusikan ide-ide kreatif untuk mengatasi kecemasan akan krisis iklim. Kamu tidak sendiri.
Luangkan waktu untuk libur dari berita krisis iklim. Mengikuti akun-akun yang menyajikan berita terkini tentang isu-isu lingkungan di media sosial dapat membantu kita memperoleh informasi terkini, tetapi hal ini juga dapat mempengaruhi kesehatan mental. Kebanyakan orang mengalami climate anxiety karena sering terekspos berita tentang isu-isu lingkungan sebagai sebab atau akibat dari krisis iklim. Asupan berita yang intens dapat menjadi pemicu kecemasan bagi beberapa orang. Bacalah berita secukupnya. Meluangkan waktu untuk menjauh dari sosial media dapat membantu menjaga kewarasan kita.
Menjauh dari sosial media bukan berarti acuh akan semua yang terjadi pada iklim. Lebih berfokus pada apa yang bisa kita kontrol jelas akan lebih baik daripada hanya meratapi berita lingkungan yang berpotensi memicu kecemasan. Mengambil tindakan yang notabene juga dibutuhkan oleh Bumi untuk mengatasi perubahan iklim cukup membantu untuk terhindar atau meringankan kecemasan akan krisis iklim. Mendaur ulang, mengompos, mengurangi limbah makanan merupakan beberapa tindakan kecil yang mudah dilakukan.
Langkah pertama sebelum mengambil tindakan adalah pengetahuan akan krisis iklim itu sendiri. Untuk memahami apa yang sedang terjadi pada Bumi dan apa yang bisa dilakukan untuk membantu menangani krisis iklim, kita perlu mengedukasi diri. Dengan belajar lebih banyak tentang krisis iklim, kita dapat memahami bagaimana kita bertindak untuk menjaga Bumi.
Terkadang kita merasa krisis iklim merupakan tanggung jawab pribadi, dan merasa bersalah ketika tidak bertindak ramah lingkungan. Ketika lupa membawa kantong saat berbelanja misalnya. Yang juga perlu diingat, krisis iklim merupakan tanggung jawab bersama, bukan hanya satu orang saja. Begitu banyak tindakan ramah lingkungan yang bisa dilakukan oleh perseorangan, tetapi faktanya 71% polusi global berasal dari perusahaan. Dengan ini, beberapa perusahaan seolah lari dari tanggung jawab akan krisis iklim dan mengalihkan beban kesalahan kepada kita, konsumen. Inilah yang mendorong maraknya aksi protes kepada korporat maupun pemerintah untuk ikut bertindak mengatasi krisis iklim. Mengisi petisi juga merupakan hal termudah yang bisa dilakukan untuk mendesak tindakan peduli Bumi.
Walaupun kecemasan akan krisis iklim bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja, penting untuk selalu mengingat bahwa kita tidak sendiri dalam memerangi perubahan iklim. Ada banyak orang di seluruh dunia yang merasakan hal yang sama dan juga ikut berusaha untuk menyelamatkan Bumi. We’re in this together. “Menyeimbangkan” antara kabar buruk dan kabar baik krisis iklim juga berguna untuk menjaga kewarasan. Karena self-care juga penting~