Tan Malaka, Bapak Republik yang Namanya Sempat Dihapus dari Sejarah – Tan Malaka adalah sosok yang penuh teka-teki dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Sebagai pejuang kemerdekaan, namanya sering terpinggirkan dalam catatan resmi. Padahal, kontribusinya terhadap perjuangan bangsa sangat besar. Terlahir dengan nama asli Ibrahim Datuk Sutan Malaka pada 1897 di Sumatera Barat, ia memiliki pemikiran yang melampaui zamannya. Ia tidak hanya berperan sebagai pejuang, tetapi juga sebagai pemikir, pemimpin revolusi, dan penulis yang meninggalkan jejak mendalam dalam literatur perjuangan.
Latar Belakang dan Pendidikan di Belanda
Lahir di sebuah keluarga Minangkabau yang mengutamakan pendidikan, Tan Malaka mengenyam pendidikan dasar di kampung halamannya. Melihat bakat akademisnya, ia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di Belanda pada tahun 1913. Di sanalah ia diperkenalkan pada ideologi Marxisme, yang nantinya akan membentuk pandangan politiknya. Di Belanda, ia banyak berinteraksi dengan para intelektual dan pejuang yang mendiskusikan berbagai gagasan tentang kesetaraan, kemerdekaan, dan anti-kolonialisme.
Pendidikan di Belanda membuatnya semakin sadar akan ketidakadilan yang dialami rakyat Indonesia di bawah penjajahan Belanda. Dengan semangat yang membara, ia bertekad untuk memperjuangkan kemerdekaan tanah airnya. Tan Malaka memahami bahwa perjuangan kemerdekaan harus didasari oleh kekuatan rakyat. Karena itulah ia mulai membentuk jaringan dan pergerakan yang berfokus pada penyadaran masyarakat.
Karya dan Pemikiran: Buku Massa Actie
Setelah kembali ke Indonesia, Tan Malaka terlibat aktif dalam gerakan kemerdekaan dan mengabdikan diri untuk membela hak-hak rakyat. Salah satu karya penting yang lahir dari pemikirannya adalah buku berjudul Massa Actie, yang terbit pada 1926. Buku ini menjadi panduan bagi pergerakan revolusioner di Indonesia, terutama dalam menekankan pentingnya aksi massa sebagai kekuatan utama dalam perjuangan kemerdekaan.
Dalam Massa Actie, ia menguraikan bahwa kemerdekaan sejati tidak akan datang dari para elit, melainkan dari kesadaran dan perjuangan rakyat itu sendiri. Buku ini mengkritik ketergantungan pada kekuatan luar dan menyerukan perlunya perjuangan mandiri. Melalui Massa Actie, Sutan Malaka menyebarkan ide-ide revolusioner yang menginspirasi banyak pemuda Indonesia untuk bergerak melawan penjajahan. Hingga kini, karya ini dianggap sebagai salah satu literatur penting dalam sejarah gerakan kemerdekaan Indonesia.
Bapak Republik yang Terlupakan
Meski memiliki peran besar dalam perjuangan kemerdekaan, perjalanan hidup Tan Malaka tidaklah mudah. Pandangan politiknya yang radikal dan sering berbenturan dengan para pemimpin nasional pada zamannya membuatnya menghadapi banyak tantangan. Ia sering dianggap terlalu ekstrem dan bahkan dianggap sebagai ancaman oleh pemerintah kolonial maupun beberapa pemimpin Indonesia.
Karena perbedaan ideologis, ia sempat diasingkan dan dituduh sebagai pemberontak. Ia tidak segan-segan mengkritik kebijakan para pemimpin nasional yang dianggapnya tidak sejalan dengan kepentingan rakyat. Akibatnya, namanya sempat “dihilangkan” dari sejarah resmi Indonesia, terutama pada masa Orde Baru. Pemerintah saat itu menganggap pemikirannya sebagai ancaman karena cenderung pro-rakyat dan berbasis pada ideologi Marxisme.
Namun, setelah reformasi, kontribusi ia mulai diakui kembali. Pemikiran-pemikirannya yang sempat dianggap “berbahaya” mulai dilihat sebagai bagian penting dari sejarah Indonesia. Sebagai Bapak Republik, ia adalah sosok yang menempatkan rakyat sebagai prioritas utama dalam pembentukan negara merdeka. Hingga saat ini, banyak yang menganggap Tan Malaka sebagai salah satu peletak dasar ideologi kebangsaan yang sejati.
Kematiannya yang Misterius
Tan Malaka menghadapi akhir hidup yang tragis dan penuh misteri. Pada tahun 1949, di tengah kekacauan perang kemerdekaan, ia ditangkap dan dieksekusi di Kediri, Jawa Timur. Hingga kini, detail kematiannya masih menyisakan tanda tanya. Banyak pihak percaya bahwa kematiannya berkaitan dengan ketidaksetujuannya terhadap beberapa kebijakan yang diterapkan pada masa itu, serta keteguhannya dalam mempertahankan prinsip revolusi rakyat.
Setelah kematiannya, nama Tan Malaka nyaris terlupakan dalam sejarah resmi Indonesia. Meski demikian, sosoknya terus dikenang oleh para aktivis dan sejarawan sebagai tokoh yang memiliki keteguhan luar biasa dalam memperjuangkan kemerdekaan. Ia bukanlah tokoh yang mencari popularitas; baginya, perjuangan adalah kewajiban, bukan demi kepentingan pribadi atau pengakuan.