Biografi Ignatius Dewanto, Pilot Tempur Legendaris Sekaligus Ace Kebanggaan AURI

Biografi Ignatius Dewanto

Biografi Ignatius Dewanto, Pilot Tempur Legendaris Sekaligus Ace Kebanggaan AURI – Dunia penerbangan militer Indonesia dalam sejarahnya selalu menghasilkan nama-nama pilot tempur yang dianggap memiliki kemampuan yang cukup gemilang di setiap masanya. Di masa orde lama, seringkali pilot-pilot tempur TNI-AU atau yang dulu dikenal dengan nama AURI (Angkatan Udara Republik Indonesia) bertempur di beragam medan konflik. Hal inilah yang membuat banyak lahirnya penerbang-penerbang handal di tubuh angkatan udara saat itu. Salah satu penerbang tempur yang dianggap sebagai salah satu legendaris dalam sejarah AURI adalah Ignatius Dewanto.

Biografi Ignatius Dewanto

Kehidupan Pribadi dan Karir Militer

Ignatius Dewanto lahir di Yogyakarta, 9 Agustus 1929. Beliau merupakan seorang putra dari pasangan M. Marjahardjana dan Theresia Sutijem. Ignatius Dewanto lahir di lingkungan keluarga penganut ajaran Katholik yang cukup taat, tidak heran dia juga memiliki pemahaman agama Katholik yang cukup baik.

Semasa kecil Dewanto dikenal cukup fasih berbahasa Belanda karena seringkali mendapatkan pembelajaran yang menggunakan pengantar Bahasa Belanda. Dia kemudian mulai bergabung dengan militer dalam korps Tentara Pelajar dan sempat menjadi kepala pabrik granat. 

Baca juga: Biografi Leo Wattimena, Penerbang Mustang Terhebat dalam Sejarah AURI

Selama di lingkup Tentara Pelajar dia tergabung dalam divisi yang dikomandoi oleh Slamet Riyadi sebelum pada akhirnya dia dipercaya menjadi kepala regu di tahun 1950. Dia sempat ditempatkan di Semarang dikarenakan memiliki kemampuan Bahasa Belanda yang cukup baik dan dijadikan counterpart antara polisi militer Belanda dan tentara Indonesia.

Di tahun 1950 dia kemudian mendaftar menjadi seorang penerbang dan kemudian mengikuti pelatihan penerbang pada November 1950 di Trans Ocean Airlines Oakland Airport (TALOA) di California, Amerika Serikat. Ignatius kemudian dinyatakan lulus pada tahun 1954 dan kembali ke Indonesia. Selepas kembali ke Indonesia, dia kemudian ditempatkan di Skuadron Udara 3. Di sinilah kemudian dia menjadi akrab dengan pesawat tempur P-51 “Mustang” yang menjadi pesawat tempur utama AURI saat itu dan mulai membentuk kemampuan terbangnya sebagai pilot tempur.

Operasi Militer Melawan Permesta dan Menjadi Pilot Legendaris

Mungkin bisa dibilang salah satu misi tempur yang membuat nama Ignatius Dewanto naik adalah ketika melakukan misi melawan pemberontakan Permesta (Perjuangan Rakyat Semesta). Pada tanggal 18 Mei 1958, Dewanto yang sedang berada di Pangkalan Udara Liang diperintahkan untuk menyerang Pangkalan Udara AUREV (Angkatan Udara Revolusioner) yang berada di Sulawesi Utara. Saat itu AUREV diperkuat oleh beberapa pesawat bomber B-26 “Invader” dan beberapa pilot AURI yang membelot serta pilot-pilot asing.

Saat itu AUREV melakukan pemboman di daerah Ambon, Dewanto yang sejatinya sedang menuju ke Manado kemudian berubah haluan menuju ke Ambon untuk mencegat gerombolan pesawat bomber AUREV tersebut. Selang beberapa waktu dia kemudian menemukan 1 unit pesawat bomber B-26 yang tengah mengarah ke konvoi kapal tempur ALRI (TNI-AL). 

Dewanto kemudian segera menembakkan roket yang dibawanya dan diikuti oleh rentetan tembakan senapan mesin dari pesawat P-51 “Mustang” yang dipilotinya. Serangannya tersebut juga dibantu dengan beberapa tembakan dari meriam penangkis serangan udara dari kapal ALRI.

Baca juga: Biografi Gijsbertus “Gijs” Kuller, Orang Pertama yang Terbang di Langit Hindia-Belanda

Pesawat bomber B-26 tersebut kemudian tertembak dengan telak dan jatuh di perairan Sulawesi. Pilot pesawat bomber tersebut ternyata adalah Allen Lawrence Pope, yang merupakan pilot bayaran CIA dan diawaki pula oleh juru radio Hary Rantung yang merupakan mantan anggota AURI. Peristiwa tersebut membuat nama Ignatius Dewanto tercatat dalam sejarah sebagai satu-satunya pilot yang berhasil menembak jatuh pesawat musuh hingga hari ini. Bahkan, dia dianggap pantas mendapatkan gelar Ace karena aksi heroiknya. 

Akhir Karir Kemiliteran dan Akhir Hayat

Di dekade 1960-an, Ignatius Dewanto diangkat sebagai Deputi Menteri/Pangau Urusan Operasi pada tanggal 1 Juli 1965. Pasca konflik 65, Dewanto sempat ditahan beberapa bulan karena dianggap terlibat dalam peristiwa tersebut. Setelah bebas, Ignatius Dewanto kemudian menjadi Atase udara di Moskow, Uni Soviet pada tahun 1966. Dia kemudian kembali ke Indonesia pada tahun 1967 dan diberhentikan secara hormat dari karir kemiliterannya. Pada tahun 1970, Dewanto kemudian mendaftar sebagai pilot pesawat sipil. Naas, ketika dia menerbangkan pesawat sipil dari Medan menuju Aceh dia mengalami kecelakaan yang menewaskan seluruh penumpang pesawat tersebut termasuk dirinya. Jenazahnya baru ditemukan sekitar 8 tahun kemudian. Atas jasanya dalam dunia militer di Indonesia, Ignatius Dewanto kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan di Kalibata. Selain itu, namanya diabadikan menjadi nama gedung serbaguna “Dewanto” di Lanud Iswahyudi, Madiun.

Demikianlah biografi dari Ignatius Dewanto, yang merupakan salah satu pilot kebanggaan AURI.

Editor: Firmansah Surya Khoir
Illustrator: Salman Al Farisi

Bagikan di:

Artikel dari Penulis